Kamis, 08 November 2012

Mendidik Anak Berprestasi Tanpa Stres

Menurut psikolog anak, Fabiola P Setiawan, prestasi atau usaha mencapai prestasi membawa beberapa konsekuensi bagi anak, termasuk stres. Stres yang kerap melanda saat anak menjalani proses meraih prestasi juga sangat bergantung dari lingkungan dan mental anak itu sendiri.

"Ada anak yang tak terbebani dengan tuntutan untuk belajar, demi mencapai prestasi yang besar. Adapula yang sebaliknya dituntut untuk menjalani hal yang tak ia sukai, maka pastinya ia akan mendapatkan tekanan dan merasa terbebani," ungkap salah satu ahli di Klinik Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Pela 9 ini.

Lingkungan, menurut Fabiola juga turut mempengaruhi keinginan berprestasi. Di lingkungan yang saling berkompetisi, anak membutuhkan achievement untuk diakui.  Fabiola mengatakan, anak yang bisa mencapai olimpiade umumnya berasal dari genetik, tapi anak rata-rata membutuhkan les tambahan. Saat anak mengalami stres, peran orangtua sangat penting untuk menyemangati anak, selain mencari bakat anak.

"Jangan memaksa kalau melihat anak terbebani untuk menjalani bidang yang tak disukai. Orangtua punya pilihan lain membangun bakat anak di bidang yang disukainya."


Temukan Potensi, Cari Titik Nyaman
 
Bila telah menemukan hal yang membuat anak tertarik, saatnya menggali bakatnya sesuai jam biologis anak. Penanganan masing-masing anak berbeda dan memiliki titik nyaman berbeda.

"Yang penting diperhatikan adalah waktu istirahat dan bersosialisasi harus seimbang. Agar anak tidak melulu berkutat dengan belajar misalnya. Idealnya sih harus ada break, sebelum konsentrasi penuh latihan. Semua tergantung pada kemampuan masing-masing."

Ada beberapa tips membentuk anak berprestasi dan bisa mengelola stres mereka, yaitu:

Perkenalkan rutinitas harian
Sebuah rutinitas sehari-hari memberi anak rasa aman karena ia akan selalu tahu apa yang dilakukan. Makan bersama, belajar dan latihan serta waktu tidur setiap hari menghindarkan kecemasan yang disebabkan menyelesaikan tugas pada menit terakhir atau lupa untuk menyelesaikannya.

Hidup sehat
Makan sehat, diet seimbang dan olahraga membantu anak mengelola stres. Sediakan camilan sehat dan hindari kebiasaan merugikan seperti minum terlalu banyak kafein.

Tetapkan aturan
Anak merasa lebih terlindungi bila ada batas tegas tentang aturan maupun hukuman. Diskusikan aturan dengan anak Anda untuk membantunya memahami mana tindakan dan perilaku yang terlarang.
Luangkan waktu bermain
Sisihkan waktu setiap hari untuk bermain dan bersantai. Biarkan anak memilih kegiatan yang mereka sukai.
Kenali stres anak

Tidak seperti orang dewasa, anak-anak tidak selalu menyadari ketika mereka stres. Keluhan sakit kepala atau sakit perut adalah tanda-tandanya. Sebaiknya orangtua memonitor perubahan mendadak dalam perilaku yang bisa menunjukkan adanya gejala emosional, agresivitas, rasa malu, kecemasan, dan ketakutan dalam situasi sosial. Cobalah cari tahu penyebabnya.

Mendengarkan
Dorong anak untuk berdiskusi mengapa dia stres dan bagaimana perasaannya. Berdiskusi tentang stres mengurangi kecemasan dan ketakutan anak. Biarkan anak tahu, orangtua selalu ada bila mereka membutuhkan teman bicara.

Ajarkan teknik mengelola stres
Ajarkan anak teknik untuk mengelola stres dengan cara yang sehat, dan berikan contoh yang baik. Kegiatan fisik seperti berjalan-jalan atau lari dapat membantu meringankan stres. Teknik pernapasan juga dapat membantu. Bantu anak menemukan cara terbaik mengelola stresnya

Sumber : vivanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah memberi komentar